Januari
11
Lagi-lagi ini cerita tentang gaya hidupku di Jakarta. Dari awal telingku “geleng-geleng” tanda ga nyaman dengan kalimat itu. Iya, mungkin karena aku bukan terlahir, makan, minum, dan sekolah disini dari kecil. Pas pertama denger, astaga! Saking ga maunya denger “elo-gue”, rasanya aku pengen bawa bantal kemana-mana dan nutup kepala ke dalam bantal setiap kali terdengar kata itu.
Tau kenapa? Karena alasan yang simple. Karena aku cinta Indonesia (hahaha, timpuk pake batu). Ga, ga, ini karena aku tau kalau penggunaan “aku-kamu” disini itu cuma dipakai untuk orang-orang yang sudah sangat dekat, misalnya pacaran atau sahabat. Lebih dari itu, termasuk ke teman angkatan yang notabennya adalah teman seumur kuliah (tapi, teman seumur kuliah, bisa jadi teman seumur hidup kok.hehehe) ga akan pernah dipakai tuh “aku-kamu”.
Semua orang berhak bercuap-cuap tentang pendapatnya. Semua orang juga berhak membuat kesimpulan untuk jalannya masing-masing. Semua orang berhak makan di pinggir jalan dan berbincang-bincang dengan pemilik kios dengan “aku-kamu”. Dan aku juga berhak untuk memantapkan hati untuk tidak menggunakan “elo-gue” selama bernafas di Jakarta, karena aku mau deket sama semua orang (ga tau deh, orang-orang itu mau ga deket sama orang imut kayak aku#abaikan) apalagi teman seumur kampus. Angkatan FKUI 2009 itu saudaraku. Masa sama saudara jauh-jauhan? XD
Jakarta, 12 Januari 2011
Dari depan laptop HP dikamar 106